menu melayang

POLIGAMI ATAU KREDIT MOTOR ?

POLIGAMI ATAU KREDIT MOTOR?


produk
Fenomena ini nyata, bukan sekadar cerita. Ada suami beristri yang dekat dengan seorang janda atau wanita lajang. Mereka saling suka, saling dekat, bahkan saling berkomitmen. Lalu sang suami berkata: “Kita nikah ya… tapi nanti, tunggu istri pertama ridho dulu. Paling 2–3 tahun lagi, sabar ya.” Kedengarannya manis. Seperti janji kredit motor: cicil dulu, baru lunas nanti. Tapi masalahnya, ini bukan soal motor. Ini soal hati manusia. Dari sisi suami, dia merasa aman. dia bisa menenangkan calon istri kedua dengan janji manis, sekaligus menjaga rumah tangga pertamanya tetap utuh. Rasanya seperti punya cadangan kebahagiaan, tanpa harus kehilangan yang ada. Tapi hati-hati, wahai para suami. Itu bukan strategi, itu bom waktu. Secara psikologis, kamu sedang membohongi dua hati sekaligus: calon istri yang kamu ikat dengan janji, dan istri pertama yang tidak tahu apa-apa. Secara agama, kamu sedang merusak makna kejujuran. Poligami memang halal, tapi kalau jalannya lewat kebohongan, hasilnya bisa pahit. Lebih pahit dari kopi Nescafe yang sekarang mangkal di pinggir jalan 😁 Buat wanita yang berada di posisi ini (calon istri kedua), jangan mudah terlena. Janji manis “2–3 tahun lagi kita nikah” itu bisa jadi hanyalah bentuk PHP bersyariah. Kamu dijadikan cadangan, ditempatkan di ruang tunggu, tanpa kepastian jelas. Secara psikologis, menunggu tanpa kepastian itu menyiksa. Kamu merasa punya masa depan, padahal mungkin hanya ilusi. Secara agama, penundaan tanpa alasan syar’i bisa menjerumuskanmu ke dalam hubungan yang rawan dosa, sensasi nya nyes nyes asoy gitu lho ðŸĪŠ Ingatlah: kamu berharga. Kalau dia serius, dia akan buktikan dengan tindakan nyata, bukan janji kabur. Kalau tidak? Lebih baik mundur dengan kepala tegak, daripada menunggu dengan hati yang hancur. Terus solusinya gimana bang Vicky? kamu tanya? kamu bertanya-tanya ? 😁 1. Berani jujur. Suami harus bicara terbuka dengan istri, bukan sembunyi di balik janji. 2. Berani tegas. Calon istri kedua harus berani meminta kepastian, bukan menerima janji kosong. 3. Berani belajar. Poligami itu bukan sekadar nyali, tapi ilmu dan kesadaran. jangan jadikan poligami seperti kredit motor yang ditunda-tunda. Hati manusia tidak bisa dicicil. Kalau serius, buktikan dengan langkah nyata. Kalau belum siap, jangan mengikat orang lain dengan janji palsu. Dan ingat, semua masalah ini bisa dihindari kalau ada ilmu dan persiapan. Itulah kenapa Kelas Poligami hadir, bukan hanya untuk tahu hukum, tapi untuk belajar strategi komunikasi, psikologi pasangan, dan kesiapan mental. Karena poligami yang benar bukan soal “berani,” tapi soal berani benar. Oleh : Vicky Abu Syamil

Blog Post

Related Post

Mohon maaf, belum ada postingan.

Back to Top

Cari Artikel

Label